CIREBON, disinilah.id – PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 3 Cirebon bekerja sama dengan Komunitas Cirebon History, IRPS Korwil Cirebon, dan Edan Sepur Cirebon, menggelar kegiatan napak tilas dalam rangka memperingati 128 tahun dibukanya jalur kereta api Cirebon–Semarang, pada Kamis (1/5). Kegiatan ini bukan sekadar perjalanan fisik menyusuri rel tua, namun menjadi perjalanan sejarah yang merekonstruksi peran strategis Cirebon dalam jaringan transportasi rel pada era kolonial.
Dimulai dari Jalan Syekh Magelung hingga Stasiun Cirebon Prujakan, para peserta yang terdiri dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak, diajak menelusuri jejak-jejak infrastruktur perkeretaapian yang pernah berdenyut aktif mendukung roda ekonomi kolonial. Di sepanjang lintasan, rel-rel mati dan bangunan tua menjadi saksi bisu geliat masa lampau, di mana Cirebon menjadi simpul penting perdagangan dan distribusi, terutama komoditas gula yang pada awal abad ke-20 begitu mendominasi pantura Jawa.
Menurut catatan sejarah, pembangunan jalur kereta api Cirebon–Semarang dimulai pada 1897 oleh perusahaan Belanda de Samarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS). Jalur ini membentang sejauh 373 km melewati Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, hingga Brebes. Fungsinya tidak hanya sebagai pengangkut penumpang, tetapi juga sebagai jalur vital angkutan hasil industri gula dari 54 pabrik yang tersebar di pantura, menjadikan kereta api sebagai tulang punggung logistik kolonial.
Salah satu titik penting dalam sejarah ini adalah Stasiun Tjangkol SCS—cikal bakal dari Stasiun Cirebon Prujakan saat ini—yang dahulu menjadi terminal utama kereta penumpang dari Semarang. Jalur ini berbeda dari jalur milik Staatsspoorwegen (SS), sehingga penumpang dari Batavia (Jakarta) yang ingin ke Semarang harus berpindah kereta di Cirebon. Baru pada tahun 1914, setelah konsesi antara SS dan SCS, konektivitas langsung ke Semarang diwujudkan, yang mengubah peta perjalanan dan mengintegrasikan kedua jaringan rel besar di Jawa.
“Ini adalah momen penting untuk merefleksikan perjalanan panjang perkeretaapian di Indonesia, khususnya Cirebon, yang memiliki nilai historis luar biasa. Kita perlu terus mengedukasi generasi muda agar memahami dan mencintai warisan sejarah ini,” ujar Manager Humas KAI Daop 3 Cirebon, Muhibbuddin. Ia menambahkan bahwa peran kereta api kini terus berkembang menjadi moda transportasi andalan nasional yang lebih modern, efisien, dan ramah lingkungan.(Dms)